DKR Taja Sembang Sastra Riau, angkat Tema Menakar Sastra Melayu Sebagai Kekuatan di Era Digital

Kota Pekanbaru193 Dilihat

PEKANBARU (REPORTASEKINI.COM)-Kegiatan Sembang Sastra Riau yang mengangkat tema ” Menakar Sastra Melayu Sebagai Kekuatan di Era Digital ‘ yang digelar oleh Dewan Kesenian Riau(DKR) di panggung Otong Lenon Taman Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Riau berjalan dengan alot. Sabtu(29/6/24)

Dimana paparan kedua narasumber Hasan Haspahani(Ketua I Dewan Kesenian Jakarta) dan sastrawan Riau Syaukani Al Karim yang membahas tentang karya sastra dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan, kritikan dan pandangan dari peserta diskusi.

Acara diskusi Sembang Sastra Riau dipanggung Otong Lenon Taman Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Riau, dihadiri ketua Umum DPH LAMR Datuk Seri H Taufik Ikram, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau, Raja Yoserizal Zen, ketua Dewan Kesenian Riau(DKR) Taufik Hidayat, sastrawan Riau Hang Kafrawi, Mur Pasauliyan
serta puluhan peserta seminar dari Dewan Kesenian kabupaten dan kota.

Dalam Sembang Sastra Riau tersebut, Hasan Haspahani memaparkan makalah dengan judul Daya Ucap dan Potensi Pantun agar Warisan Dunia ini tidak Mati Sebagai Tugu Zaman Lalu.

” Pantun bukan dipandang sebagai bentuk sakral, tetapi pantun bisa menjadi acuan lahirnya karya-karya sastra. Termasuk pola ucapan dalam pantun. Banyak para penyair pujangga baru yang karya sastra bersentuhan dengan pantun. Seperti penyair Amir Hamzah
” Berdiri Aku”
Angin pulang menyejuk kami
Menepuk teluk mengupas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun alun di atas alas?

Pantun juga menjadi inspirasi estetis dan sumber penciptaan puisi,” ujar Hasan

Sementara itu, Syaukani Al Karim menjelaskan bahwa Diera digital memberikan kita peluang dan ruang bagi penulis mengembangkan karya sastra. Dan dengan diera digital bisa mengambil pengetahuan dengan mudah, tergantung kreatifitas,” papar Syaukani Al Karim

Persoalannya apakah kita ingin atau tidak, Dunia tanpa sekat(Digital) juga mengisahkan persoalan.

” Kekuatan Sastra Melayu bukan karya yang hebat, tetapi pembaca sastra itu sedikit”. Kalau orang tidak membaca karya sastra itu, maka karya sastra itu tidak dapat difahami dan ketahui. Namun yang penting itu adalah proses kreatif dan mewariskan bagaimana karya sastra bisa dikembangkan melalui media digital maupun tulisan,” papar Syaukani Al Karim.

Usai diskusi, ketua umum DKR Taufik Hidayat memberikan sertifikat kepada Syaukani Al Karim sebagai Nara sumber dan juga Ketua Umum DPH LAMR Datuk Seri H Taufik Ikram memberikan sertifikat kepada Hasan Haspahani.(Yusuf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *